Top Ad 728x90

More Stories

Sabtu, 21 Oktober 2023

Aksi Nyata Modul 1.4

by

 


Bismillah…

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

 

Salam dan bahagia bapak/ibu guru hebat…..

Sebelum saya melakukan pengimbasan pemahaman budaya positif terlebih dahulu saya melakukan aksi nyata di sekolah terutama pada penerapan segitiga restitusi dan pembuatan keyakinan kelas. Sebelum melakukan aksi nyata ini, kami peserta cgp angkatan 9 telah berlatih di lokakarya 2 terkait praktik pembuatan keyakinan kelas/kesepakatan kelas dan penerapan segitiga restitusi yang dipandu langsung oleh pengajar praktik. Setelah pulang dari lokakarya saya membaca kembali panduan lima langkah membuat keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi.

Ada lima langkah dalam membuat keyakinan kelas sebagai berikut :

1.    Guru memandu peserta didik berdiskusi, dimana murid diminta untuk menuliskan peraturan-peraturan sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam kelas.

2.    Guru memandu peserta didik mengubah peraturan-peraturan tersebut menjadi kalimat positif.

3.    Guru memandu peserta didik untuk menentukan keyakinan kelas yang muncul dari setiap peraturan  yang sudah diubah dalam bentuk kalimat positif.

4.    Guru memandu peserta didik untuk mendalami keyakinan kelas yang telah dibuat dengan menggunakan dua model yaitu model T dan model Y.

5.    Guru memandu peserta didik untuk menentukan peran dan tugas guru dan murid dalam kelas.

6.    Meninjau secara berkala keyakinan kelas yang telah dibuat.

Ada 3 tahapan dalam menerapkan segitiga restitusi :

1.    Menstabilkan identitas.

2.    Memvalidasi tindakan yang salah.

3.    Menanyakan keyakinan kelas.

Sebelum melakukan aksi nyata saya merasakan banyak kekurangan dan sulit memahami langkah-langkah penerapan segitiga restitusi dan pembuatan keyakinan kelas ini. Agar saya lebih yakin dalam pelaksanaannya nanti saya berlatih sampai dua kali di hari libur agar saya dapat memahaminya dengan baik.

Di hari senin, saya bertemu dengan rekan cgp lain yang jarak sekolahnya dekat dengan saya. Kami sepakat untuk berkolaborasi melakukan pengimbasan pemahaman konsep inti dari budaya positif melalui ruang virtual zoom. Awalnya saya sedikit ragu dengan persyaratan jumlah minimal peserta 10 orang sebab jumlah guru yang aktif di komunitas kami hanya berjumlah 5 orang.

Untuk menghilangkan keraguan saya, saya melakukan koordinasi dengan kepala sekolah agar sekolah memberikan dukungan kepada saya dalam pengimbasan materi budaya positif ini. Gayung pun bersambut, beliau memberi support kepada saya, begitu juga dengan rekan guru-guru lain. Setelah semuanya telah siap, saya meminta kepada rekan cgp saya Pak Tri untuk membuat flyer kegiatan di aplikasi CANVA pada hari jum’at. Saat Pak Tri datang ke kelas, saya sedang mengajar dan dengan terpaksa saya harus membubarkan murid-murid saya yang sebentar lagi jam mengajar saya sudah berakhir. Kami berdua sepakat akan membagi materi menjadi dua bagian dan saya sebagai pemateri pertama. Sebelum shalat jumat pak Tri sudah membagikan kepada saya flyer kegiatan.

Ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi narasumber dalam kegiatan sekolah. Sebelumnya, saya sudah membaca materi berulang-ulang namun hasilnya tetap sama tetapi setelah melakukan aksi nyata barulah saya paham dan bisa menjelaskannya dan mengkoneksikan antara materi satu dan materi lainnya. Kegiatan hari itu, ternyata disambut dengan baik oleh teman-teman. Total jumlah peserta di ruang virtual 19 orang. Sebelum kegiatan, di pagi hari saya masih sempat bergabung dengan kegiatan komunitas lainnya yang dibawakan oleh pak Firdaus yaitu membuat absen menggunakan google spreadsheet. Setelah mengikuti kegiatan tersebut saya pun menjadi pembicara dalam kegiatan kami di ruang virtual.

Setelah saya mengamati video rekaman webinar kami, saya merefleksi diri saya dalam kegiatan tersebut bahwa dalam penyampaian saya terkadang berbicara terlalu cepat sehingga beberapa informasi sulit untuk dipahami peserta. Seperti pada instruksi materi perubahan paradigma. Saya mengulanginya beberapa kali sampai rekan lain memahaminya. Ada beberapa kata yang tidak tersampaikan dengan baik karena kecepatan saya berbicara. In syaa Allah, ke depannya saya akan terus berlatih memperbaiki cara saya menyampaikan baik di kelas maupun dalam webinar bersama rekan guru lainnya.

Selain itu, saya membutuhkan alat microphone agar suara saya lebih jelas karena bila saya berbicara terlalu lama dengan suara besar saya mudah lelah dan menyebabkan informasi tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini adalah pengalaman ketiga saya menyampaikan materi ke rekan guru lain di pendidikan guru penggerak.

Alhamdulillah, kegiatan kami berjalan lancar dan sukses, setelah pemaparan materi dari kami, ada guru yang bertanya dan memberikan refleksi. Dalam refleksi guru tersebut mereka juga belum tahu banyak informasi tentang materi budaya positif. Perbedaan istilah hukman dan konsekuensi masih dianggap hal yang baru. Kemudian, kegiatan kami diakhiri dengan do’a dan pantun yang langsung dibawakan oleh Pak Tri.

Pada akhirnya, marilah kita terus berinovasi untuk murid-murid kita karena kita bukan menghadapi benda-benda mati akan tetapi kita menghadapi manusia-manusia yang merupakan pemimpin-pemimpin masa depan.

Adapun kegiatan aksi nyata kami dapat dilihat pada link berikut ini :

http://bit.ly/AksiNyata09

 

Sabtu, 30 September 2023

Refleksi Kegiatan Komunitas Praktisi Perdana

by

Bismillah....

Salam dan bahagia bapak dan ibu guru hebat....

Burung merpati terbang tinggi

Sangat menawan hati  bahagia

Hari ini kita berefleksi lagi

Hai teman-teman apa kabar semuanya? 




PERISTIWA (FACTS)

Pernah ada ide dari pak Firdaus untuk membuat sebuah komunitas praktisi. Kemudian ide itu terkubur bersama dengan waktu. Ide itu muncul karena ada iming-iming dana dari dinas pendidikan. Lalu Ide itu muncul lagi ke permukaan ketika saya mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan sembilan. Setelah membaca nilai dan peran guru penggerak barulah saya benar-benar sadar bahwa betapa pentingnya membentuk komunitas belajar di sekolah.

Pendampingan pengajar praktik pertama semakin menguatkan saya untuk mendorong terbentuknya  sebuah komunitas praktisi di sekolah kami. Dibantu pak Firdaus, beliau adalah salah satu calon guru penggerak hebat yang sudah lolos pada tahap 1, ia mendaftarkan komunitas kami di aplikasi PMM. Setelah mendaftarkannya di aplikasi PMM, saya diberi tanggung jawab sebagai sekretaris dan dia sendiri adalah ketuanya.

Banyak hambatan yang saya alami terutama terbentur pada kegiatan kerja bakti di sekolah dan kegiatan guru penggerak. Saya harus membagi waktu dengan baik agar tidak tertinggal dalam menyelesaikan tugas guru penggerak. Sambil mengerjakan tugas di LMS, saya berusaha membuat administrasi komunitas belajar. Setelah itu, saya melakukan pendataan aset seklah dan ternyata beberapa orang rekan sejawat saya memiliki kemampuan menjadi narasumber pada kegiatan komunitas. Saat ini saya sedang menyusun jadwal untuk kegiatan komunitas selanjutnya.

Perlu diketahui bahwa ada beberapa tahapan untuk menjalankan sebuah komunitas. Komunitas sendiri berbeda dengan organisasi yang memiliki AD/ART. Komunitas praktisi adalah sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin (Wenger, 2012).

Ada lima tujuan komunitas praktisi sebagai berikut :

1.  Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran.

2.     Memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota.

3.      Mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka.

4.   Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi.

5.     Mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari.

Tidak semua komunitas dapat dikategorikan sebagai komunitas praktisi. Ada tiga karakteristik yang membedakan komunitas praktisi dengan komunitas lain :

·      Domain

Adanya  kesamaan atas hal yang dianggap penting oleh anggota komunitas. Contohnya : Tujuan, Identitas, minat, latar belakang, nilai yang dipercaya, keresahan tentang sesuatu.

·      Komunitas

Adanya tatanan sosial yang disepakati oleh anggota. Contohnya : saling  menghormati antar anggota, keinginan untuk berbagi, niat baik saling mendukung, interaksi yang rutin/regular, terbuka untuk saling bertanya dan niat baik untuk saling mendukung dan berkontribusi.

·      Praktik

Adanya pengetahuan yang dikembangkan, dibagikan dan dipelihara sebagai hasil dari kegiatan komunitas praktisi. Contohnya : informasi, hasil pembelajaran, pengetahuan yang dibagikan, alat dan bahan untuk pembelajaran atau hasil pembelajaran, dokumen-dokumen, dan video.

Pada tahapan ini saya baru mulai mengidentifikasi apa kebutuhan belajar guru, kemudian mulai mencari narasumber yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan komunitas praktisi berikutnya.

PERASAAN (FELLINGS)

Saya sangat bahagia rekan-rekan sejawat yang hadir pada hari ini. Ada perasaan bangga memiliki rekan sejawat yang begitu antusias mengikuti kegiatan komunitas praktisi. Kami memutuskan untuk berkumpul di ruang matematika. Saya sudah menyiapkan infocus yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan hasil refleksi atau materi dari salah satu rekan sejawat saya. Kali ini kami ingin memecahkan permasalahan jam terakhir yang seringkali siswa berkeliaran di luar kelas karena guru tidak masuk.

Dari hasil refleksi pak Firdaus selama menjadi guru sehingga mengantarkannya pada muara berpikir bahwa sebagai guru, kita perlu melakukan sebuah inovasi. Beliau membuat sebuah alat yang bernama scrabble. Terdapat banyak permainan scrabble di internet dan bisa juga di download di play store namun kebanyakannya berbahasa inggris sehingga sulit diakses oleh murid apalagi karena tidak adanya pulsa data.

Menurut penjelasan pak Firdaus, Dengan bahan  seadanya kita dapat membuat alat ini dengan sangat mudah. Bahan-bahan bekas seperti kardus banyak terdapat di sekitar kita. Setelah mendengar aturan permainan scrabble tampaknya rekan yang lain sudah tidak tahan lagi ingin bermain scrabble. Permaian ini terbilang unik, asyik dan mengedukasi. Ibu Wakasek menyarankan agar setiap wali kelas dapat bertanggungjawab mengarahkan murid melakukan permainan ini saat jam-jam terakhir di kelas atau ketika guru mata pelajaran berhalangan hadir.

Permainan ini diharapkan dapat menambah kosakata murid ditengah rendahnya nilai literasi murid. Iya, masalah literasi masih menjadi masalah yang urgen di sekolah kami untuk diperhatikan. Banyak anak yang salah dalam menuliskan kosakata. Melalui permainan scrabble ini dapat memotivasi murid secara organik untuk menambah kosakata baru setiap harinya.

PELAJARAN (FINDINGS)

Dikutip dari Wikipedia scrabble adalah permainan papan dan permainan menyusun kata yang dimainkan dua atau empat orang yang mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang dibentuk dari keping huruf di atas papan permainan berkotak-kotak yang terdiri dari lima belas kolom dan lima belas baris. Permainan ini memiliki aturan yang akan dipandu oleh seorang wasit. Wasit harus lihai dalam melihat kosakta dalam kamus. Apakah kosakata tersebut baku atau tidak. Karena kebanyakan permainan ini tersedia dalam bahasa Inggris maka pak Firdaus mencoba membuat scrabble menggunakan bahasa Indonesia. Ide ini beliau temukan saat berselancar di dunia maya. Beliau juga menyampaikan bahwa banyak anak-anak berkeliaran pada jam akhir sehingga membuat anak tidak terkontrol bahkan banyak terjadi kasus perkelahian antar siswa. Permainan ini diharapkan menjadi solusi dari permasalahan tersebut.

Saya mendapatkan banyak manfaat dari penyampaian pak Firdaus. Bahkan selama ini saya tidak pernah mengenal permaian scrabble. Melalui kegiatan komunitas praktisi ini, saya dan para guru yang memiliki keresahan yang sama dapat berkolaborasi dan berbagi praktik baik. Kadang praktik baik seringkali salah dipahami guru. Praktik baik tidak hanya sebatas keberhasilan yang dilakukan guru dalam kelas bahkan hal-hal apa saja yang dialami guru di dalam kelas perlu disampaikan. Dari sana, seorang guru dapat mengamati, meniru dan memodifikasi. Karena bisa jadi, kita semua punya masalah yang sama dalam kelas. melalui komunitas ini, guru akan selalu melakukan refleksi diri baik untuk pengembangan kualitas dirinya ke depan.

PERUBAHAN (FUTURE)

Masalah literasi dan numerasi masih menjadi rapor merah kami di sekolah. Komunitas belajar ini diharapkan dapat menjadi katalisator pengembangan diri guru yang berdampak pada meningkatnya nilai literasi. Kegiatan komunitas praktisi tidak hanya terbatas hari ini namun akan terus berlanjut. Karena selama kita masih menjadi seorang guru pasti kita mempunyai permasalahan. Komunitas kami akan terus memperkaya literatur melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan literasi dan numerasi murid-murid kami di sekolah. pada akhirnya, semoga apa yang kita usahakan hari ini berbuah pahala di sisi Allah subhana wata’ala. Aamiin.

#Salam Literasi


Kamis, 28 September 2023

Refleksi Diri Modul 1.3

by
KONEKSI ANTAR MATERI

Burung merpati terbang tinggi
Sangat menawan hati  bahagia
Hari ini kita berefleksi lagi
Hai teman-teman apa kabar semuanya? 

Salam dan bahagia Bapak/Ibu guru hebat....

Peristiwa (Facts)

Banyak masalah yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Masalah-masalah tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebagai sebuah sistem yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, seorang guru tidak dapat bergerak sendiri tapi membutuhkan dukungan guru lainnya. Keberagaman karakter setiap orang sehingga tak dapat menyatu menyebabkan banyak permasalahan terjadi mengemuka bahkan membawa dampak bagi murid.

Sebagai manusia biasa kita tak akan luput dari kesalahan. Tapi selama ada keinginan untuk berubah itulah sikap yang terbaik. Buruknya komunikasi birokrasi dengan para guru menimbulkan sedikit dampak buruk untuk sebuah kreativitas dan inovasi. Meskipun karakter anak-anak mulai sedikit berubah seiring dengan bimbingan seorang guru, seorang guru masih saja belum merdeka. Merdeka dalam arti tidak mendapatkan apresiasi dari usaha yang dilakukannya.

Tak ada yang dapat kami lakukan selain saling memberikan motivasi diri yang kuat akan pentingnya perubahan melalui komunitas guru dengan cara berbagi praktik baik. Secara pribadi, saya selalu berusaha meningkatkan kemampuan berkolaborasi dan berbagi praktik baik kepada rekan sejawat. Seperti penjelasan dari instruktur bahwa pasti ada sekian persen yang tidak suka dengan gerakan perubahan guru penggerak di sekolah.

Ketika mendengar penjelasan instruktur, saya tidak kaget lagi karena bagi saya itu adalah hal yang biasa saya dapati bahkan jauh sebelum menjalani pendidikan guru penggerak. Yang dapat saya lakukan adalah saya selalu berusaha membangun hubungan positif dengan rekan sejawat dan siapa pun yang terkait dengan pendidikan di sekolah saya. Tidak mencari kesalahan-kesalahan mereka. Karena saya yakin suatu saat nanti bila saya melakukan tindakan perubahan secara konsisten dan akhirnya berhasil, mereka juga akan berubah karena dampaknya akan mereka rasakan.

Perasaan (Fellings)

Pada modul 1.3 ini, tentang bagaimana membuat visi pribadi dalam kelas mulai dari tahapan merumuskan visi murid yang diimpikan, membuat alur ATAP sampai pada membuat kalimat prakarsa perubahan kemudian dilanjutkan dengan membuat alur BAGJA. Bagi saya pribadi ini adalah materi yang sangat sulit.

Banyak tantangan yang saya hadapi. Saya mulai merasakan kebingungan. Saya sempat mengkomunikasikan dengan pengajar praktik saya. Saya berusaha mengulang-ulang membaca materi pada modul sebanyak empat kali dan menyimak lagi video pada modul. Karena saya kurang paham juga, saya memutuskan menunggu pada tahapan selanjutnya yaitu pada  elaborasi pemahaman yang akan disampaikan oleh instruktur. Memang ada sesi pertanyaan bersama instruktur tapi bagi saya sulit untuk mengungkapkannya lewat tulisan. Saya juga bingung mau bertanya apa. Akan tetapi semua bisa terjawab setelah saya mengikuti tahapan elaborasi pemahaman bersama instruktur di ruang vicon.

Dalam kegiatan elaborasi pemahaman modul 1.3 beberapa kali saya mengalami kendala jaringan internet sehingga saya harus terlempar keluar dari ruang virtual tapi saya bersyukur pada tahap yang penting tersebut jaringan saya kembali normal dan saya sangat bahagia dapat mengikuti materi dengan baik sampai selesai.

Pelajaran yang dapat diambil (Findings)

Untuk membuat sebuah visi yang baik diperlukan kalimat yang ringkas, padat, jelas dan bermakna. Dalam merumuskan kalimat visi kita boleh mengambil dimensi Profil pelajar pancasila tetapi kita tidak boleh menggunakan frasa “Profil Pelajar Pancasila” kemudian pada tahapan selanjutnya adalah menggunakan alur ATAP untuk mengidentifikasi aset sekolah yang terdiri dari :

1.             (Awal/Asset) Mengidentifikasi aset sekolah baik yang bersifat benda maupun tak benda. Pasti setiap sekolah memiliki aset meskipun berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak melakukan perubahan.

2.             (Tantangan) Dalam melakukan sebuah perubahan di sekolah akan banyak terdapat tantangan bagi guru tapi seberat apapun itu sebaiknya dihadapi bersama. Pentingnya membangun sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keresahan yang sama atas masalah yang terjadi di sekolah.

3.             (Aksi) Setelah mendata aset sekolah dan mengetahui tantangan maka saatnyalah kita melakukan aksi untuk melakukan perubahan pada diri murid. Ini bisa dilakukan secara berkolaborasi dengan rekan sejawat melalui komunitas baik dalam maupun lingkungan luar sekolagh dan juga membaca literatur yang memungkinkan kita semakin mudah melakukan aksi nyata.

4.             (Pembelajaran) Setelah melakukan aksi akan ada dampak yang terjadi bagi murid. Seorang guru terus melakukan refleksi agar murid memahami tujuan pembelajaran dalam kelas.

 

Setelah melakukan tahapan tersebut maka saatnya membuat kalimat prakarsa perubahan. Kalimat prakarsa perubahan harus dimulai dengan kata kerja. Kalimat prakarsa perubahan bukanlah slogan, bukan pula judul kegiatan. Dengan begitu, diharapkan dapat menstimulasi bayangan akan inisiatif kegiatan yang harus dijalankan demi mewujudkannya. Dalam menyampaikan kalimat prakarsa perubahan kepada rekan sejawat lebih mudah memahaminya sebab kalimat visi terlalu luas.

Guru yang baik tidak selalu mencari kesalahan murid dan rekan sejawat. Guru penggerak yang baik selalu berpikir positif. Prakarsa perubahan model inquiri apresiatif menekankan pada aset dan perubahan yang positif sehingga mendorong sebuah sistem dalam organisasi bekerja dengan baik. Ini adalah makna memerdekakan orang lain. Memerdekakan orang lain adalah menghargai orang lain.

Pelajaran yang berharga yang dapat diambil adalah tidak boleh bagi seorang guru penggerak menyalahkan keadaan atau saling menyalahkan tetapi mendata aset sekolah agar sebuah sistem dalam organasasi dapat berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan tugas pasti ada hambatan dan tantangan tetapi kita fokus pada tujuan akhir yaitu visi untuk diraih bersama. Ketika kita telah sampai pada tujuan yang ada maka orang-orang disekitar akan memahami apa arti tujuan tindakan kita selama ini.

Sebagai guru hendaknya berusaha menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman murid dalam melakukan perubahan sehingga perubahan itu bersifat natural bukan paksaan ataupun rekayasa sikap yang ketika sebuah program berakhir ia akan kembali pada habitat lamanya.

Untuk menilai sebuah perubahan dalam model inquiri apresiatif adalah dengan melihat perubahan sikap pada murid bukan menggunakan instrumen yang rumit. Adapun perubahan yang terjadi pada guru, seorang guru bisa meminta umpan balik dari rekan sejawatnya yang dinilai lebih bijak dalam menentukan sikap dan keputusan.

Perubahan (Future)

Dengan menggunakan pendekatan humanis ini sesuai dengan filosofis Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Ketika saya mulai menerapkan itu di dalam kelas, saya mulai merasakan banyak perubahan yang terjadi pada murid saya. Secara konsiten saya melakukannya akan tetapi tetap menunjukkan sikap seorang guru yang berwibawa. Saya mulai melatih diri untuk mengucapkan kalimat yang baik dihadapan murid sampai pada berterimakasih atas tindakan baik yang mereka lakukan.

Saat saya berinisiatif membuat sebuah komunitas guru di sekolah banyak yang merespon dengan baik termasuk kepala sekolah. Saya berharap murid-murid saya memiliki karakter yang baik seperti sopan santun, bekerjasama, gotong-royong dan lain-lain. Saya akan menerapkan model-model pembelajaran dengan melibatkan pendekatan sosio-kultur murid seperti budaya babari dan siloloa.

Saya berharap kelak mereka dapat memahami dan menjungjung tinggi nilai-nilai karakter tersebut dan dapat mereka praktikkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ini adalah permasalahan yang terjadi di sekolah kami. Saya mengamati baik di kelas maupun di sekolah masih banyak murid yang menggunakan kata-kata kotor ketika berbicara dengan temannya, membuli dan lainnya.

Ada juga informasi dari rekan sejawat bahwa masih juga banyak murid yang tidak bertanggungjawab mengerjakan tugas. Selain itu, banyak murid yang tidak dapat berkolaborasi dengan temannya karena ia merasa lebih hebat dari teman lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut  maka visi pribadi saya ke depan adalah “Terwujudnya Murid yang Berkarakter Sesuai dengan Konteks Sosio-kultur Murid”.

 

 

 

 

 


Senin, 10 Juli 2023

Kiat Menulis Cerita Fiksi

by
Senin, 12 September 2022, Pelatihan Belajar Menulis PGRI, Pertemuan Ke-10, Gelombang ke-27, Judul "Kiat Menulis Cerita Fiksi", Narasumber : Sudomo, S.Pt. & Moderator : Sigid Purwo Nugroho




Bismillahirrahmanirrahim. Suasana malam yang hening, selepas shalat Isya. Terdengar suara anak kecil bermain diteras Masjid. Tiba-tiba si kecil berlari menghampiriku dan bertanya, "Ayah belum pulang?". jawabku " iya, sekarang mau pulang", dengan kecupan sayang di pipinya. Sambil menggendongnya, sejenak ia menatap kearah temannya yang sedang bermain di teras Masjid. Ia seolah memberikan isyarat bahwa ia masih mau bermain. Kulepas dengan lembut sambil mengingatkannya, "Kalau sudah selesai bermain, pulang ya". 

Sebagian jamaa'ah Masjid telah pulang ke rumah masing-masing. Masih ada sebagian orang yang duduk berdzikir. Setelah Isya biasanya saya langsung pulang. Teringat malam ini akan dilanjutkan materi Pelatihan Belajar Menulis BM 27. Tak terasa kami sudah masuk pada pertemuan ke-10. 


Materi disampaikan oleh Pak Sudomo. Beliau adalah guru IPA. S-1 beliau sarjana peternakan. Namun beliau sangat menyukai cerita fiksi. Sebagai moderator Pak Sigid. Beliau memandu acara dengan sangat baik. 


Alur MERDEKA ini meliputi Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata.

Dari paparan tersebut ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi :

1. Alasan harus menulis cerita fiksi selain saat ini ada AKM dengan materi teks literasi fiksi, juga dengan belajar menulis cerita fiksi kita bisa menyembunyikan dan menyembuhkan luka.

2. Bentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, dan novel.

3. Unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema, premis, penokohan, latar/setting, sudut pandang, dan alur/plot.

4. Kiat menulis fiksi yang utama adalah niat dan komitmen yang kuat untuk belajar, baca karya fiksi karya orang lain untuk menemukan berbagai gaya penulisan, ide cerita, dan teknik penulisan. Selanjutnya adalah ide dan genre cerita carilah yang disukai dan dikuasai. 

5. Berikutnya adalah membuat outline atau kerangka karangan agar cerita tidak melebar.

Materi secara umum bisa Bapak/Ibu pelajari dari berbagai sumber. Saya hanya menekankan pada bagian yang sering luput dari perhatian kita, yaitu *premis*.


Berikut uraian tentang premis:

1. Ringkasan cerita dalam satu kalimat;

2. Unsur-unsur premis: karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi;

3. Cara membuat premis: tulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh;

4. Contoh Premis: Seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.


1 | *Mulai dari Diri*

Menulis fiksi bisa dilakukan mulai dari kejadian yang kita alama sendiri. Bisa juga tentang pengalaman, kisah hidup, dan lain-lain. Menulis sesuatu yang pernah kita alama jauh lebih mudah dan lebih cepat menyelesaikannya. Sebab kita sendiri sebagai pelaku dalam cerita tersebut. Para penulis novel ada yang diangkat dari kisah nyata ada juga dari hasil imajinasi seseorang.

2 | *Ruang Kolaborasi*

Pada alur ini, kita akan berkolaborasi membuat cerita fiksi. Silakan Bapak/Ibu melanjutkan kalimat pembuka berikut ini kemudian japri Pak Sigid. 

"Aku tidak mau!"

Terdengar suara memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekat malam. Sepertinya aku mengenali suara itu. Itu adalah suara lolongan anjing. 

Anjing-anjing melolong panjang. Aku membaca dzikir-dzikir perlindungan untuk menghilangkan rasa takut. Muncul dan tenggelam, bayangan masa lalu tatkala lewat di sebuah jalan yang sunyi. 

Grrr...., suara pintu berbunyi dari dapur. Istriku memanggil dengan lirih,"kak suara apa itu?" Ah,...tidak apa-apa, itu hanya suara lolongan anjing. Bacalah doa perlindungan agar hati tenang", ujarku untuk menenangkan hati istriku. 


3 | *Demonstrasi Kontekstual*

Pada alur ini, kita akan mencoba membuat premis. Seperti contoh sebelumnya, Seorang anak SD mengajak dia orang temannya melakukan perjalanan ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA. Dari contoh itu kita bisa langsung membayangkan apa yang akan kita tulis, bukan?


Bapak/Ibu bisa mencoba membuat premis sendiri. Intinya premis yang Bapak/Ibu buat di resume nanti merupakan inti dari cerita fiksi yang akan Bapak/Ibu tulis.


4 | *Elaborasi Pemahaman*

Pada alur ini, silakan Bapak/Ibu bisa bertanya lebih lanjut tentang materi menulis cerita fiksi yang ingin Bapak/Ibu lebih perdalam lagi. Silakan Pak Sigid memandu.


Itu adalah suara lelaki yang selama ini telah membersamaiku.Entah kenapa dia begitu pemarah akhir akhir ini. Semua amarah selalu dilayangkannya padaku. Baik hal kecil sekalipun. Perubahan ini bagiku sangat membingungkan. Rasanya aku sudah tak tahan. Sekali lagi aku bertanya  dengan nada memelas "aku ingin kita seperti dulu,mas".Tapi jawab yang  ku tunggu tak kunjung datang. Dia pergi dengan meninggalkan sejuta pertanyaan dibenakku.Ada apa ini ?

5 | *Koneksi Antarmateri*

Pada alur ini, Bapak/Ibu bisa menuliskan kesimpulan keterkaitan antarmateri malam ini ke dalam resume


6 | *Aksi Nyata*

Pada alur ini, silakan tuliskan hasil belajar Bapak/Ibu malam ini dalam bentuk penulisan resume. Tentu dengan mengelaborasikannya dengan pengalaman pribadi Bapak/Ibu. Contoh resume bisa Bapak/Ibu baca selengkapnya di 

#Salam literasi







Menulis Autobiografi

by
"Hari Senin 17 Oktober 2022, Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang ke-27, Pertemuan ke-25, Judul"Menulis Autobiografi", Narasumber : Lely Suryani, S.Pd.SD & Moderator : Bambang Purwanto, S.Kom., Gr."






 

Top Ad 728x90

Top Ad 728x90