Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam
Salam dan
bahagia bapak/ibu guru hebat…..
Sebelum saya melakukan pengimbasan pemahaman budaya positif terlebih
dahulu saya melakukan aksi nyata di sekolah terutama pada penerapan segitiga
restitusi dan pembuatan keyakinan kelas. Sebelum melakukan aksi nyata ini, kami
peserta cgp angkatan 9 telah berlatih di lokakarya 2 terkait praktik pembuatan
keyakinan kelas/kesepakatan kelas dan penerapan segitiga restitusi yang dipandu
langsung oleh pengajar praktik. Setelah pulang dari lokakarya saya membaca
kembali panduan lima langkah membuat keyakinan kelas dan penerapan segitiga
restitusi.
Ada lima langkah dalam membuat keyakinan kelas sebagai berikut :
1. Guru memandu peserta didik berdiskusi, dimana murid diminta
untuk menuliskan peraturan-peraturan sesuai dengan permasalahan yang terjadi
dalam kelas.
2. Guru memandu peserta didik mengubah peraturan-peraturan tersebut
menjadi kalimat positif.
3. Guru memandu peserta didik untuk menentukan keyakinan kelas yang
muncul dari setiap peraturan yang sudah
diubah dalam bentuk kalimat positif.
4. Guru memandu peserta didik untuk mendalami keyakinan kelas yang
telah dibuat dengan menggunakan dua model yaitu model T dan model Y.
5. Guru memandu peserta didik untuk menentukan peran dan tugas guru
dan murid dalam kelas.
6.
Meninjau secara berkala
keyakinan kelas yang telah dibuat.
Ada 3 tahapan dalam menerapkan
segitiga restitusi :
1. Menstabilkan
identitas.
2. Memvalidasi
tindakan yang salah.
3. Menanyakan
keyakinan kelas.
Sebelum melakukan aksi nyata saya merasakan
banyak kekurangan dan sulit memahami langkah-langkah penerapan segitiga
restitusi dan pembuatan keyakinan kelas ini. Agar saya lebih yakin dalam
pelaksanaannya nanti saya berlatih sampai dua kali di hari libur agar saya
dapat memahaminya dengan baik.
Di hari senin, saya bertemu dengan
rekan cgp lain yang jarak sekolahnya dekat dengan saya. Kami sepakat untuk berkolaborasi
melakukan pengimbasan pemahaman konsep inti dari budaya positif melalui ruang
virtual zoom. Awalnya saya sedikit ragu dengan persyaratan jumlah minimal
peserta 10 orang sebab jumlah guru yang aktif di komunitas kami hanya berjumlah
5 orang.
Untuk menghilangkan keraguan saya, saya
melakukan koordinasi dengan kepala sekolah agar sekolah memberikan dukungan
kepada saya dalam pengimbasan materi budaya positif ini. Gayung pun bersambut,
beliau memberi support kepada saya, begitu juga dengan rekan guru-guru
lain. Setelah semuanya telah siap, saya meminta kepada rekan cgp saya Pak Tri
untuk membuat flyer kegiatan di aplikasi CANVA pada hari jum’at.
Saat Pak Tri datang ke kelas, saya sedang mengajar dan dengan terpaksa saya
harus membubarkan murid-murid saya yang sebentar lagi jam mengajar saya sudah
berakhir. Kami berdua sepakat akan membagi materi menjadi dua bagian dan saya
sebagai pemateri pertama. Sebelum shalat jumat pak Tri sudah membagikan kepada
saya flyer kegiatan.
Ini merupakan pengalaman pertama saya
menjadi narasumber dalam kegiatan sekolah. Sebelumnya, saya sudah membaca
materi berulang-ulang namun hasilnya tetap sama tetapi setelah melakukan aksi
nyata barulah saya paham dan bisa menjelaskannya dan mengkoneksikan antara
materi satu dan materi lainnya. Kegiatan hari itu, ternyata disambut dengan
baik oleh teman-teman. Total jumlah peserta di ruang virtual 19 orang. Sebelum
kegiatan, di pagi hari saya masih sempat bergabung dengan kegiatan komunitas
lainnya yang dibawakan oleh pak Firdaus yaitu membuat absen menggunakan google
spreadsheet. Setelah mengikuti kegiatan tersebut saya pun menjadi
pembicara dalam kegiatan kami di ruang virtual.
Setelah saya mengamati video rekaman
webinar kami, saya merefleksi diri saya dalam kegiatan tersebut bahwa dalam
penyampaian saya terkadang berbicara terlalu cepat sehingga beberapa informasi
sulit untuk dipahami peserta. Seperti pada instruksi materi perubahan paradigma.
Saya mengulanginya beberapa kali sampai rekan lain memahaminya. Ada beberapa
kata yang tidak tersampaikan dengan baik karena kecepatan saya berbicara. In
syaa Allah, ke depannya saya akan terus berlatih memperbaiki cara saya
menyampaikan baik di kelas maupun dalam webinar bersama rekan guru lainnya.
Selain itu, saya membutuhkan alat
microphone agar suara saya lebih jelas karena bila saya berbicara terlalu lama
dengan suara besar saya mudah lelah dan menyebabkan informasi tidak akan
tersampaikan dengan baik. Ini adalah pengalaman ketiga saya menyampaikan materi
ke rekan guru lain di pendidikan guru penggerak.
Alhamdulillah, kegiatan kami berjalan
lancar dan sukses, setelah pemaparan materi dari kami, ada guru yang bertanya
dan memberikan refleksi. Dalam refleksi guru tersebut mereka juga belum tahu
banyak informasi tentang materi budaya positif. Perbedaan istilah hukman dan
konsekuensi masih dianggap hal yang baru. Kemudian, kegiatan kami diakhiri
dengan do’a dan pantun yang langsung dibawakan oleh Pak Tri.
Pada akhirnya, marilah kita terus
berinovasi untuk murid-murid kita karena kita bukan menghadapi benda-benda mati
akan tetapi kita menghadapi manusia-manusia yang merupakan pemimpin-pemimpin
masa depan.
Adapun kegiatan aksi nyata kami dapat
dilihat pada link berikut ini :