Bismillahirrahmanirrahim. Rasa lelah dan
letih setelah menempuh perjalanan hari dengan banyaknya aktivitas, tidak
menyurutkan semangat saya mengikuti kegiatan
pelatihan menulis BM 27. Saat menyimak materi ini, saya sedang dikunjungi
teman.
Namanya Pak
Tamrin. Beliau guru IPS. Orangnya sangat asyik, periang dan mudah bergaul. Sembari
mengetik di laptop dan menyimak materi, kami berdiskusi. Saya sangat senang
berdiskusi dengan beliau. Tema diskusi kami tentang tempat-tempat refreshing
yang indah di Kabupaten Pulau Morotai.
Dia bertanya
dengan rasa harap dengan logat khas orang tidore, ”Dar, kapan pergi ke Pulau
Mitita?”. Pulau Morotai dikenal dengan pulau-pulaunya yang indah. Biasanya saya
bersama teman pergi di waktu-waktu liburan ke sana. Pulau mitita dapat ditempuh
30 menit dengan perahu Speed Boat. Pulau Mitita adalah salah satu destinasi
wisata di Provinsi Maluku Utara.
Bunyi suara
kodok semakin keras, pertanda malam semakin larut. Iya, di tempat saya tinggal berbeda
jam dengan waktu Indonesia barat. Selisihnya dua jam. Terkadang saya harus
menyimak materi sampai larut malam. Tapi ini sebuah tantangan buat saya.
Baiklah, itu
sekadar pengantar.
Materi kali ini
boleh dibilang sangat keren karena saya punya cita-cita menulis sebuah buku. Saya
mengira seluruh peserta dan Pemateri BM 27 guru bahasa Indonesia semua. Ternyata,
saya salah. Peserta BM 27 orang-orang hebat semua. Membaca Curiculum Vitae
Ibu Noralia menambah semangat saya untuk menulis sebuah buku.
Dulu waktu SMA
saya pernah mewakili sekolah saya dalam ajang Lomba Olimpiade Kimia Tingkat
Kabupaten, Kemudian saya meraih peringkat dua lalu kembali mengikuti Lomba
Olimpiade Tingkat Provinsi. Semoga saya
bisa seperti Ibu Noralia. Dari Basic MIPA, bisa menulis buku yang
banyak.
Sang Moderator
dengan bahasa puitisnya, memberikan semangat kepada seluruh peserta. Beliau
akrab disapa Ibu Mutmainah memberikan motivasi yang luar biasa sebagai
muqaddimah. Saya masih hafal penggalan kalimat yang beliau tulis.
Kata beliau, “Menulislah
dengan tulisan jelek karena tulisan bagus itu bonus dari kebiasaan”. Kalimat
ini sangat menyentuh saya. Kemudian Kalimat itu dibumbuinya dengan emoticon
senyum.
Sang Pemateri,
membuka materi dengan salam. Menanyakan kabar peserta kemudian memperkenalkan
diri. Dimana beliau memulai materinya dengan judul “ Menulis Buku Dari
Karya Tulis”. Beliau akrab disapa Ibu Noralia. Sangat menarik materi
kali ini. Materi yang sangat langka. Kita sering menjumpai hasil karya tulis
ilmiah seperti skripsi dan tesis. Pokoknya materi malam ini sangat keren, dan keren.
Materinya daging semua.
Namun kadang
masyarakat awam sulit untuk memahaminya karena banyaknya kata-kata ilmiah di
dalamnya. Belum lagi dengan angka-angka yang ditaburi di dalamnya. Semakin
membuat orang lari tidak mau membacanya.
Tapi kata
beliau, karya-karya tulis itu dapat di jadikan buku. Jadi dengan menjadi buku kita
menjadikan sesuatu itu menjadi lebih sederhana. Mungkin sesama para
penulis memahami isi dari karya tulis ilmiah namun tidak dengan masyarakat awam
yang jarang menelaah dan jarang membaca. Sehingga sebagus apapun tulisan para
penulis itu,bila tidak mampu dipahami oleh pembaca. Mungkin sedikit manfaat
yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas.
Setelah melewati
banyak untaian kata, rasa lelah mulai muncul. Saya segera ke pembaringan untuk
mengumpulkan energi menulis besok pagi.
Saya mulai lagi melanjutkan apa yang saya tulis tadi malam. Waktu membuka
laptop ternyata file-nya hilang entah kemana. Tapi materi ini sangat
keren. Saya mulai lagi dari awal.
Baiklah, saya
akan lanjutkan. Beliau memaparkan agar sebuah karya tulis menjadi sebuah buku,
ada beberapa hal yang harus kita ubah dalam karya tulis tersebut. Ada banyak
manfaat yang diperoleh dengan mengkonversi karya ilmiah menjadi sebuah buku,
ujarnya. Diantaranya adalah :
1.
Dapat dibaca masyarakat
awam.
2.
Dapat diperjualbelikan
sehingga menghasilkan keuntungan.
3.
Bagi ASN, buku dapat
dijadikan publikasi ilmiah dan poin angka kredit.
4.
Bila sudah banyak yang
membeli maka buku kita akan dikenal banyak orang.
5.
Ilmu pengetahuan dapat
tersebar.
Lalu Bagaimana
cara mengubahnya?
Menurut beliau
ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
1.
Mengubah Judul
Judul karya tulis ilmiah versi buku
hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, dan tempat
penelitian.
Misalnya ada sebuah tesis berjudul ”Pengembangan
Modul Berbasis Riset Pada Materi reaksi Redoks Untuk Meningkatkan Keterampilan
Generik Sains Siswa Kelas X SMA”.
Tesis diatas dapat diubah menjadi “Kiat
menulis Modul Berbasis Riset”. Jadi, untuk mengubah sebuah karya
tulis kita melihat pada fokus atau objek penelitiannya. Bila kita sudah menemukan
objek penelitiannya kita dapat menambah kata seperti KIAT, JURUS, STRATEGI,
CARA SUKSES atau yang lainnya menjadi judul popular.
2.
Mengubah Daftar Isi
Mengikuti pedoman 2W + 1H. Pada Bab 1
(Why) menjelaskan pentingnya, Bab 2 (What) menjelaskan apa, sedangkan Bab 3,4,5
dan seterusnya (How) menjelaskan bagaimana tahap pembuatan, bagaimana hasil
pembuatan, bagaimana penerapannya.
3.
Mengubah sedikit Isi Karya
Ilmiah
Ø
Mengubah sedikit isi karya
tulis ilmiah dengan memperbanyak isi materi variabel bebasnya. Kita dapat
menentukan perluasanmateri tersebut berdasarkan kata kunci judul buku kita.
Kita dapat memperluasnya dengan sumber buku bacaan yang relevan. Misalnya :
Judul “Media Stereofoam Pembelajaran Organisasi Kehidupan Untuk Meningkatkan
Kreativitas”, maka yang harus dikembangkan adalah tentang media (Pengertian,
Manfaat dan jenis), Pembelajaran (materi tentang belajar mengajar), Kreativitas
(diberi pengertian dan lainnya).
Ø
Menghilangkan semua kata
penelitian pada Karya tulis ilmiah.
Ø
Menampilkan grafik yang penting
saja.
Ø
Bila tidak menampilkan
grafik boleh menggunakan kalimat.
4.
Secara kebahasaan dan
peyajiannya berbeda dengan laporan KTI. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah
penulis karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai
dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Penulis harus mengupayakan agar buku
yang ia tulis dapat dipahami oleh pembaca.
5.
Boleh menggunakan sumber
blog. Namun melalui blog resmi seperti Kemendikbu.go.id, Jurnal Ilmiah, e book,
atau karya ilmiah lainnya. Sebaiknya menghindari daftar pustakan dari blog
pribadi dengan domain blogspot dan wordpress.
6.
Berikanlah ulasan mengenai
kelebihan dan kelemahan penelitian yang kita lakukan agar pembaca yakin bahwa
kita benar-benar telah melakukan penelitian tersebut.
7.
Karya Ilmiah versi buku
minimal 70 halaman format A5 dengan huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan
dengan aturan penerbit.
Kesimpulannya
adalah membuat buku dari karya ilmiah bukan berarti hanya mengubah cover dan
judul sementara isi sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Ini merupakan
suatu kesalahan karena akan menjadi self plagiarisme untuk KTI kita
sendiri. Selain dijadikan buku bisa juga dijadikan sebagai artikel ilmiah yang dapat kita kirimkan ke
jurnal yang bereputasi.
Sudah bagus resumenya.
BalasHapusAkan lebih baik ditulis lengkap terperinci.
Jadi para pembaca akan merasa puas..
Iya bu. Terima kasih atas masukannya
HapusOke sudah bagus resumenya pak. Tidak ada catatan dari saya.
BalasHapusterima kasih pak.
Hapuskeren pak
BalasHapusterima kasih bu
Hapusterima kasih bu...
Hapus