Sabtu, 21 Oktober 2023

Aksi Nyata Modul 1.4

 


Bismillah…

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

 

Salam dan bahagia bapak/ibu guru hebat…..

Sebelum saya melakukan pengimbasan pemahaman budaya positif terlebih dahulu saya melakukan aksi nyata di sekolah terutama pada penerapan segitiga restitusi dan pembuatan keyakinan kelas. Sebelum melakukan aksi nyata ini, kami peserta cgp angkatan 9 telah berlatih di lokakarya 2 terkait praktik pembuatan keyakinan kelas/kesepakatan kelas dan penerapan segitiga restitusi yang dipandu langsung oleh pengajar praktik. Setelah pulang dari lokakarya saya membaca kembali panduan lima langkah membuat keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi.

Ada lima langkah dalam membuat keyakinan kelas sebagai berikut :

1.    Guru memandu peserta didik berdiskusi, dimana murid diminta untuk menuliskan peraturan-peraturan sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam kelas.

2.    Guru memandu peserta didik mengubah peraturan-peraturan tersebut menjadi kalimat positif.

3.    Guru memandu peserta didik untuk menentukan keyakinan kelas yang muncul dari setiap peraturan  yang sudah diubah dalam bentuk kalimat positif.

4.    Guru memandu peserta didik untuk mendalami keyakinan kelas yang telah dibuat dengan menggunakan dua model yaitu model T dan model Y.

5.    Guru memandu peserta didik untuk menentukan peran dan tugas guru dan murid dalam kelas.

6.    Meninjau secara berkala keyakinan kelas yang telah dibuat.

Ada 3 tahapan dalam menerapkan segitiga restitusi :

1.    Menstabilkan identitas.

2.    Memvalidasi tindakan yang salah.

3.    Menanyakan keyakinan kelas.

Sebelum melakukan aksi nyata saya merasakan banyak kekurangan dan sulit memahami langkah-langkah penerapan segitiga restitusi dan pembuatan keyakinan kelas ini. Agar saya lebih yakin dalam pelaksanaannya nanti saya berlatih sampai dua kali di hari libur agar saya dapat memahaminya dengan baik.

Di hari senin, saya bertemu dengan rekan cgp lain yang jarak sekolahnya dekat dengan saya. Kami sepakat untuk berkolaborasi melakukan pengimbasan pemahaman konsep inti dari budaya positif melalui ruang virtual zoom. Awalnya saya sedikit ragu dengan persyaratan jumlah minimal peserta 10 orang sebab jumlah guru yang aktif di komunitas kami hanya berjumlah 5 orang.

Untuk menghilangkan keraguan saya, saya melakukan koordinasi dengan kepala sekolah agar sekolah memberikan dukungan kepada saya dalam pengimbasan materi budaya positif ini. Gayung pun bersambut, beliau memberi support kepada saya, begitu juga dengan rekan guru-guru lain. Setelah semuanya telah siap, saya meminta kepada rekan cgp saya Pak Tri untuk membuat flyer kegiatan di aplikasi CANVA pada hari jum’at. Saat Pak Tri datang ke kelas, saya sedang mengajar dan dengan terpaksa saya harus membubarkan murid-murid saya yang sebentar lagi jam mengajar saya sudah berakhir. Kami berdua sepakat akan membagi materi menjadi dua bagian dan saya sebagai pemateri pertama. Sebelum shalat jumat pak Tri sudah membagikan kepada saya flyer kegiatan.

Ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi narasumber dalam kegiatan sekolah. Sebelumnya, saya sudah membaca materi berulang-ulang namun hasilnya tetap sama tetapi setelah melakukan aksi nyata barulah saya paham dan bisa menjelaskannya dan mengkoneksikan antara materi satu dan materi lainnya. Kegiatan hari itu, ternyata disambut dengan baik oleh teman-teman. Total jumlah peserta di ruang virtual 19 orang. Sebelum kegiatan, di pagi hari saya masih sempat bergabung dengan kegiatan komunitas lainnya yang dibawakan oleh pak Firdaus yaitu membuat absen menggunakan google spreadsheet. Setelah mengikuti kegiatan tersebut saya pun menjadi pembicara dalam kegiatan kami di ruang virtual.

Setelah saya mengamati video rekaman webinar kami, saya merefleksi diri saya dalam kegiatan tersebut bahwa dalam penyampaian saya terkadang berbicara terlalu cepat sehingga beberapa informasi sulit untuk dipahami peserta. Seperti pada instruksi materi perubahan paradigma. Saya mengulanginya beberapa kali sampai rekan lain memahaminya. Ada beberapa kata yang tidak tersampaikan dengan baik karena kecepatan saya berbicara. In syaa Allah, ke depannya saya akan terus berlatih memperbaiki cara saya menyampaikan baik di kelas maupun dalam webinar bersama rekan guru lainnya.

Selain itu, saya membutuhkan alat microphone agar suara saya lebih jelas karena bila saya berbicara terlalu lama dengan suara besar saya mudah lelah dan menyebabkan informasi tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini adalah pengalaman ketiga saya menyampaikan materi ke rekan guru lain di pendidikan guru penggerak.

Alhamdulillah, kegiatan kami berjalan lancar dan sukses, setelah pemaparan materi dari kami, ada guru yang bertanya dan memberikan refleksi. Dalam refleksi guru tersebut mereka juga belum tahu banyak informasi tentang materi budaya positif. Perbedaan istilah hukman dan konsekuensi masih dianggap hal yang baru. Kemudian, kegiatan kami diakhiri dengan do’a dan pantun yang langsung dibawakan oleh Pak Tri.

Pada akhirnya, marilah kita terus berinovasi untuk murid-murid kita karena kita bukan menghadapi benda-benda mati akan tetapi kita menghadapi manusia-manusia yang merupakan pemimpin-pemimpin masa depan.

Adapun kegiatan aksi nyata kami dapat dilihat pada link berikut ini :

http://bit.ly/AksiNyata09

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar