Kamis, 28 September 2023

Refleksi Diri Modul 1.3

KONEKSI ANTAR MATERI

Burung merpati terbang tinggi
Sangat menawan hati  bahagia
Hari ini kita berefleksi lagi
Hai teman-teman apa kabar semuanya? 

Salam dan bahagia Bapak/Ibu guru hebat....

Peristiwa (Facts)

Banyak masalah yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Masalah-masalah tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebagai sebuah sistem yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, seorang guru tidak dapat bergerak sendiri tapi membutuhkan dukungan guru lainnya. Keberagaman karakter setiap orang sehingga tak dapat menyatu menyebabkan banyak permasalahan terjadi mengemuka bahkan membawa dampak bagi murid.

Sebagai manusia biasa kita tak akan luput dari kesalahan. Tapi selama ada keinginan untuk berubah itulah sikap yang terbaik. Buruknya komunikasi birokrasi dengan para guru menimbulkan sedikit dampak buruk untuk sebuah kreativitas dan inovasi. Meskipun karakter anak-anak mulai sedikit berubah seiring dengan bimbingan seorang guru, seorang guru masih saja belum merdeka. Merdeka dalam arti tidak mendapatkan apresiasi dari usaha yang dilakukannya.

Tak ada yang dapat kami lakukan selain saling memberikan motivasi diri yang kuat akan pentingnya perubahan melalui komunitas guru dengan cara berbagi praktik baik. Secara pribadi, saya selalu berusaha meningkatkan kemampuan berkolaborasi dan berbagi praktik baik kepada rekan sejawat. Seperti penjelasan dari instruktur bahwa pasti ada sekian persen yang tidak suka dengan gerakan perubahan guru penggerak di sekolah.

Ketika mendengar penjelasan instruktur, saya tidak kaget lagi karena bagi saya itu adalah hal yang biasa saya dapati bahkan jauh sebelum menjalani pendidikan guru penggerak. Yang dapat saya lakukan adalah saya selalu berusaha membangun hubungan positif dengan rekan sejawat dan siapa pun yang terkait dengan pendidikan di sekolah saya. Tidak mencari kesalahan-kesalahan mereka. Karena saya yakin suatu saat nanti bila saya melakukan tindakan perubahan secara konsisten dan akhirnya berhasil, mereka juga akan berubah karena dampaknya akan mereka rasakan.

Perasaan (Fellings)

Pada modul 1.3 ini, tentang bagaimana membuat visi pribadi dalam kelas mulai dari tahapan merumuskan visi murid yang diimpikan, membuat alur ATAP sampai pada membuat kalimat prakarsa perubahan kemudian dilanjutkan dengan membuat alur BAGJA. Bagi saya pribadi ini adalah materi yang sangat sulit.

Banyak tantangan yang saya hadapi. Saya mulai merasakan kebingungan. Saya sempat mengkomunikasikan dengan pengajar praktik saya. Saya berusaha mengulang-ulang membaca materi pada modul sebanyak empat kali dan menyimak lagi video pada modul. Karena saya kurang paham juga, saya memutuskan menunggu pada tahapan selanjutnya yaitu pada  elaborasi pemahaman yang akan disampaikan oleh instruktur. Memang ada sesi pertanyaan bersama instruktur tapi bagi saya sulit untuk mengungkapkannya lewat tulisan. Saya juga bingung mau bertanya apa. Akan tetapi semua bisa terjawab setelah saya mengikuti tahapan elaborasi pemahaman bersama instruktur di ruang vicon.

Dalam kegiatan elaborasi pemahaman modul 1.3 beberapa kali saya mengalami kendala jaringan internet sehingga saya harus terlempar keluar dari ruang virtual tapi saya bersyukur pada tahap yang penting tersebut jaringan saya kembali normal dan saya sangat bahagia dapat mengikuti materi dengan baik sampai selesai.

Pelajaran yang dapat diambil (Findings)

Untuk membuat sebuah visi yang baik diperlukan kalimat yang ringkas, padat, jelas dan bermakna. Dalam merumuskan kalimat visi kita boleh mengambil dimensi Profil pelajar pancasila tetapi kita tidak boleh menggunakan frasa “Profil Pelajar Pancasila” kemudian pada tahapan selanjutnya adalah menggunakan alur ATAP untuk mengidentifikasi aset sekolah yang terdiri dari :

1.             (Awal/Asset) Mengidentifikasi aset sekolah baik yang bersifat benda maupun tak benda. Pasti setiap sekolah memiliki aset meskipun berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak melakukan perubahan.

2.             (Tantangan) Dalam melakukan sebuah perubahan di sekolah akan banyak terdapat tantangan bagi guru tapi seberat apapun itu sebaiknya dihadapi bersama. Pentingnya membangun sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keresahan yang sama atas masalah yang terjadi di sekolah.

3.             (Aksi) Setelah mendata aset sekolah dan mengetahui tantangan maka saatnyalah kita melakukan aksi untuk melakukan perubahan pada diri murid. Ini bisa dilakukan secara berkolaborasi dengan rekan sejawat melalui komunitas baik dalam maupun lingkungan luar sekolagh dan juga membaca literatur yang memungkinkan kita semakin mudah melakukan aksi nyata.

4.             (Pembelajaran) Setelah melakukan aksi akan ada dampak yang terjadi bagi murid. Seorang guru terus melakukan refleksi agar murid memahami tujuan pembelajaran dalam kelas.

 

Setelah melakukan tahapan tersebut maka saatnya membuat kalimat prakarsa perubahan. Kalimat prakarsa perubahan harus dimulai dengan kata kerja. Kalimat prakarsa perubahan bukanlah slogan, bukan pula judul kegiatan. Dengan begitu, diharapkan dapat menstimulasi bayangan akan inisiatif kegiatan yang harus dijalankan demi mewujudkannya. Dalam menyampaikan kalimat prakarsa perubahan kepada rekan sejawat lebih mudah memahaminya sebab kalimat visi terlalu luas.

Guru yang baik tidak selalu mencari kesalahan murid dan rekan sejawat. Guru penggerak yang baik selalu berpikir positif. Prakarsa perubahan model inquiri apresiatif menekankan pada aset dan perubahan yang positif sehingga mendorong sebuah sistem dalam organisasi bekerja dengan baik. Ini adalah makna memerdekakan orang lain. Memerdekakan orang lain adalah menghargai orang lain.

Pelajaran yang berharga yang dapat diambil adalah tidak boleh bagi seorang guru penggerak menyalahkan keadaan atau saling menyalahkan tetapi mendata aset sekolah agar sebuah sistem dalam organasasi dapat berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan tugas pasti ada hambatan dan tantangan tetapi kita fokus pada tujuan akhir yaitu visi untuk diraih bersama. Ketika kita telah sampai pada tujuan yang ada maka orang-orang disekitar akan memahami apa arti tujuan tindakan kita selama ini.

Sebagai guru hendaknya berusaha menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman murid dalam melakukan perubahan sehingga perubahan itu bersifat natural bukan paksaan ataupun rekayasa sikap yang ketika sebuah program berakhir ia akan kembali pada habitat lamanya.

Untuk menilai sebuah perubahan dalam model inquiri apresiatif adalah dengan melihat perubahan sikap pada murid bukan menggunakan instrumen yang rumit. Adapun perubahan yang terjadi pada guru, seorang guru bisa meminta umpan balik dari rekan sejawatnya yang dinilai lebih bijak dalam menentukan sikap dan keputusan.

Perubahan (Future)

Dengan menggunakan pendekatan humanis ini sesuai dengan filosofis Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Ketika saya mulai menerapkan itu di dalam kelas, saya mulai merasakan banyak perubahan yang terjadi pada murid saya. Secara konsiten saya melakukannya akan tetapi tetap menunjukkan sikap seorang guru yang berwibawa. Saya mulai melatih diri untuk mengucapkan kalimat yang baik dihadapan murid sampai pada berterimakasih atas tindakan baik yang mereka lakukan.

Saat saya berinisiatif membuat sebuah komunitas guru di sekolah banyak yang merespon dengan baik termasuk kepala sekolah. Saya berharap murid-murid saya memiliki karakter yang baik seperti sopan santun, bekerjasama, gotong-royong dan lain-lain. Saya akan menerapkan model-model pembelajaran dengan melibatkan pendekatan sosio-kultur murid seperti budaya babari dan siloloa.

Saya berharap kelak mereka dapat memahami dan menjungjung tinggi nilai-nilai karakter tersebut dan dapat mereka praktikkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ini adalah permasalahan yang terjadi di sekolah kami. Saya mengamati baik di kelas maupun di sekolah masih banyak murid yang menggunakan kata-kata kotor ketika berbicara dengan temannya, membuli dan lainnya.

Ada juga informasi dari rekan sejawat bahwa masih juga banyak murid yang tidak bertanggungjawab mengerjakan tugas. Selain itu, banyak murid yang tidak dapat berkolaborasi dengan temannya karena ia merasa lebih hebat dari teman lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut  maka visi pribadi saya ke depan adalah “Terwujudnya Murid yang Berkarakter Sesuai dengan Konteks Sosio-kultur Murid”.

 

 

 

 

 


2 komentar: