Sangat menawan hati bahagia
Hari ini kita berefleksi lagi
Peristiwa
(Facts)
Banyak masalah yang terjadi dalam lingkungan sekolah.
Masalah-masalah tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebagai
sebuah sistem yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, seorang
guru tidak dapat bergerak sendiri tapi membutuhkan dukungan guru lainnya. Keberagaman
karakter setiap orang sehingga tak dapat menyatu menyebabkan banyak
permasalahan terjadi mengemuka bahkan membawa dampak bagi murid.
Sebagai manusia biasa kita tak akan luput dari kesalahan. Tapi
selama ada keinginan untuk berubah itulah sikap yang terbaik. Buruknya komunikasi
birokrasi dengan para guru menimbulkan sedikit dampak buruk untuk sebuah
kreativitas dan inovasi. Meskipun karakter anak-anak mulai sedikit berubah
seiring dengan bimbingan seorang guru, seorang guru masih saja belum merdeka.
Merdeka dalam arti tidak mendapatkan apresiasi dari usaha yang dilakukannya.
Tak ada yang dapat kami lakukan selain saling memberikan motivasi
diri yang kuat akan pentingnya perubahan melalui komunitas guru dengan cara
berbagi praktik baik. Secara pribadi, saya selalu berusaha meningkatkan kemampuan
berkolaborasi dan berbagi praktik baik kepada rekan sejawat. Seperti penjelasan
dari instruktur bahwa pasti ada sekian persen yang tidak suka dengan gerakan
perubahan guru penggerak di sekolah.
Ketika mendengar penjelasan instruktur, saya tidak kaget lagi
karena bagi saya itu adalah hal yang biasa saya dapati bahkan jauh sebelum
menjalani pendidikan guru penggerak. Yang dapat saya lakukan adalah saya selalu
berusaha membangun hubungan positif dengan rekan sejawat dan siapa pun yang
terkait dengan pendidikan di sekolah saya. Tidak mencari kesalahan-kesalahan
mereka. Karena saya yakin suatu saat nanti bila saya melakukan tindakan perubahan
secara konsisten dan akhirnya berhasil, mereka juga akan berubah karena
dampaknya akan mereka rasakan.
Perasaan
(Fellings)
Pada modul 1.3 ini, tentang bagaimana membuat visi pribadi dalam
kelas mulai dari tahapan merumuskan visi murid yang diimpikan, membuat alur
ATAP sampai pada membuat kalimat prakarsa perubahan kemudian dilanjutkan dengan
membuat alur BAGJA. Bagi saya pribadi ini adalah materi yang sangat sulit.
Banyak tantangan yang saya hadapi. Saya mulai merasakan
kebingungan. Saya sempat mengkomunikasikan dengan pengajar praktik saya. Saya
berusaha mengulang-ulang membaca materi pada modul sebanyak empat kali dan
menyimak lagi video pada modul. Karena saya kurang paham juga, saya memutuskan
menunggu pada tahapan selanjutnya yaitu pada
elaborasi pemahaman yang akan disampaikan oleh instruktur. Memang
ada sesi pertanyaan bersama instruktur tapi bagi saya sulit untuk
mengungkapkannya lewat tulisan. Saya juga bingung mau bertanya apa. Akan tetapi
semua bisa terjawab setelah saya mengikuti tahapan elaborasi pemahaman bersama
instruktur di ruang vicon.
Dalam kegiatan elaborasi pemahaman modul 1.3 beberapa kali
saya mengalami kendala jaringan internet sehingga saya harus terlempar keluar
dari ruang virtual tapi saya bersyukur pada tahap yang penting tersebut jaringan
saya kembali normal dan saya sangat bahagia dapat mengikuti materi dengan baik
sampai selesai.
Pelajaran
yang dapat diambil (Findings)
Untuk membuat sebuah visi yang baik diperlukan kalimat yang
ringkas, padat, jelas dan bermakna. Dalam merumuskan kalimat visi kita boleh
mengambil dimensi Profil pelajar pancasila tetapi kita tidak boleh menggunakan
frasa “Profil Pelajar Pancasila” kemudian pada tahapan selanjutnya adalah
menggunakan alur ATAP untuk mengidentifikasi aset sekolah yang terdiri dari :
1.
(Awal/Asset) Mengidentifikasi aset sekolah baik yang bersifat benda maupun tak
benda. Pasti setiap sekolah memiliki aset meskipun berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya sehingga tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tidak
melakukan perubahan.
2.
(Tantangan) Dalam melakukan sebuah perubahan di sekolah akan banyak terdapat
tantangan bagi guru tapi seberat apapun itu sebaiknya dihadapi bersama.
Pentingnya membangun sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang
memiliki keresahan yang sama atas masalah yang terjadi di sekolah.
3.
(Aksi) Setelah mendata aset sekolah dan mengetahui tantangan maka
saatnyalah kita melakukan aksi untuk melakukan perubahan pada diri murid. Ini
bisa dilakukan secara berkolaborasi dengan rekan sejawat melalui komunitas baik
dalam maupun lingkungan luar sekolagh dan juga membaca literatur yang
memungkinkan kita semakin mudah melakukan aksi nyata.
4.
(Pembelajaran) Setelah melakukan aksi akan ada dampak yang terjadi bagi murid.
Seorang guru terus melakukan refleksi agar murid memahami tujuan pembelajaran
dalam kelas.
Setelah melakukan tahapan tersebut maka saatnya membuat kalimat
prakarsa perubahan. Kalimat prakarsa perubahan harus dimulai dengan kata kerja.
Kalimat prakarsa perubahan bukanlah slogan, bukan pula judul kegiatan. Dengan
begitu, diharapkan dapat menstimulasi bayangan akan inisiatif kegiatan yang
harus dijalankan demi mewujudkannya. Dalam menyampaikan kalimat prakarsa
perubahan kepada rekan sejawat lebih mudah memahaminya sebab kalimat visi
terlalu luas.
Guru yang baik tidak selalu mencari kesalahan murid dan rekan
sejawat. Guru penggerak yang baik selalu berpikir positif. Prakarsa perubahan
model inquiri apresiatif menekankan pada aset dan perubahan yang positif
sehingga mendorong sebuah sistem dalam organisasi bekerja dengan baik. Ini
adalah makna memerdekakan orang lain. Memerdekakan orang lain adalah menghargai
orang lain.
Pelajaran yang berharga yang dapat diambil adalah tidak boleh bagi
seorang guru penggerak menyalahkan keadaan atau saling menyalahkan tetapi
mendata aset sekolah agar sebuah sistem dalam organasasi dapat berjalan dengan
baik. Dalam melaksanakan tugas pasti ada hambatan dan tantangan tetapi kita
fokus pada tujuan akhir yaitu visi untuk diraih bersama. Ketika kita telah
sampai pada tujuan yang ada maka orang-orang disekitar akan memahami apa arti
tujuan tindakan kita selama ini.
Sebagai guru hendaknya berusaha menuntun murid sesuai dengan kodrat
alam dan zaman murid dalam melakukan perubahan sehingga perubahan itu bersifat
natural bukan paksaan ataupun rekayasa sikap yang ketika sebuah program
berakhir ia akan kembali pada habitat lamanya.
Untuk menilai sebuah perubahan dalam model inquiri apresiatif
adalah dengan melihat perubahan sikap pada murid bukan menggunakan instrumen
yang rumit. Adapun perubahan yang terjadi pada guru, seorang guru bisa meminta
umpan balik dari rekan sejawatnya yang dinilai lebih bijak dalam menentukan
sikap dan keputusan.
Perubahan
(Future)
Dengan menggunakan pendekatan humanis ini sesuai dengan filosofis
Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya
agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Ketika saya mulai menerapkan itu di
dalam kelas, saya mulai merasakan banyak perubahan yang terjadi pada murid
saya. Secara konsiten saya melakukannya akan tetapi tetap menunjukkan sikap
seorang guru yang berwibawa. Saya mulai melatih diri untuk mengucapkan kalimat
yang baik dihadapan murid sampai pada berterimakasih atas tindakan baik yang
mereka lakukan.
Saat saya berinisiatif membuat sebuah komunitas guru di sekolah
banyak yang merespon dengan baik termasuk kepala sekolah. Saya berharap
murid-murid saya memiliki karakter yang baik seperti sopan santun, bekerjasama,
gotong-royong dan lain-lain. Saya akan menerapkan model-model pembelajaran dengan
melibatkan pendekatan sosio-kultur murid seperti budaya babari dan siloloa.
Saya berharap kelak mereka dapat memahami dan menjungjung tinggi
nilai-nilai karakter tersebut dan dapat mereka praktikkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ini adalah permasalahan yang terjadi di sekolah kami. Saya
mengamati baik di kelas maupun di sekolah masih banyak murid yang menggunakan
kata-kata kotor ketika berbicara dengan temannya, membuli dan lainnya.
Ada juga informasi dari rekan sejawat bahwa masih juga banyak murid
yang tidak bertanggungjawab mengerjakan tugas. Selain itu, banyak murid yang
tidak dapat berkolaborasi dengan temannya karena ia merasa lebih hebat dari
teman lainnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka visi pribadi saya ke depan adalah “Terwujudnya
Murid yang Berkarakter Sesuai dengan Konteks Sosio-kultur Murid”.
Sangat inspiratif pak... Selamat berjuang
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus